Artikel manfaat Web Log bagi
Pelajar
A. Pengertian Media Pembelajaran
Dalam
pembelajaran, guru tidak terlepas dengan bantuan media dalam menyampaikan
materi dan mempermudah kegiatan belajar siswa. Definisi Media,
berasal dari bahasa latin “Medium”, yang artinya tengah, perantara atau
pengantar. Terdapat beberapa pengertian menurut para ahli diantaranya :
Menurut Rossi
dan Braidle (1966), Media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan
yang dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan, misal, radio, televisi, koran
dll.
Gagne
dan Briggs (1970)
: media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsang siswa untuk belajar.
Gerlach
dan Ely (1980) secara
umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan atau kegiatan yang menciptakan
kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap.
AECT
(Association of Education and Communication Technology (1977) memberi batasan
tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk
menyampaikan pesan dan informasi (Isniatun Munawaroh, M.pd : Makalah)
Dari
beberapa definisi diatas dapat terlihat dengan jelas bahwa masing-masing
pendapat menekankan terhadap satu makna dari media itu sendiri. Maka penulis
menarik kesimpulan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat menjadi
perantara dalam menyampaikan pesan dari pengirim kepada penerima, sehingga
merangsang perhatian dan minat untuk belajar serta mempermudah proses
pembelajaran.
Di
sini teknologi komputer berperan sebagai media pembelajaran, dimana komputer
sebagai hardware (perangkat keras) dan program-program yang ada didalamnya adalah
software (perangkat lunak). Salah satunya yaitu web blog atau sering kita
dengar dengan sebutan blog. Blog dijadikan sebagai media untuk meningkatkan
budaya membaca dan menulis siswa, jadi blog merupakan media, yaitu sebagai
perantara antara guru dan siswa dalam proses belajar. Guru memfasilitasi siswa
berupa media blog untuk merangsang dan meningkatkan minat baca dan menulis
siswa, sekaligus daapat digunakan untuk penyampaian materi dan penambahan
materi melalui sumber-sumber yang dapat ditemukan siswa melalui internet,
melalui kreasi-kreasi dan pembelajaran menarik yang dibuat guru melalui blog
dan dapat diakses siswa baik pada saat pembelajaran maupun pada jarak yang
jauh.
B. Definisi Blog
Saat
ini perkembangan teknologi telah membawa manusia pada kemudahan dalam melakukan
kegiatanya, untuk orang yang mampu memanfaatkan secara positif dari teknologi
tersebut. Demikian pula dalam proses pembelajaran, guru harus memanfaatkan
seoptimal mungkin media yang dapat ia gunakan dalam proses belajar mengajar.
Agar proses pembelajaran dapat dilakukan lebih menarik, sehingga motivasi
belajar menjadi tinggi. Pemanfaatan blog menjadi salah satu kegiatan interaktif
siswa dan guru dalam pembelajaran.
Definisi Blog, kependekan
dari Weblog. Istilah yang pertama kali digunakan oleh Jorn Barger
pada bulan Desember 1997. Jorn Barger menggunakan istilah Weblog untuk
menyebut kelompok website pribadi yang selalu diupdate secara kontinyu dan
berisi link-linkke website lain yang mereka anggap menarik disertai
dengan komentar-komentar mereka sendiri (http://dimasje.blogspot.com/2009/12/pemanfaatan-blog-sebagai-upaya-untuk.html).
Demikianlah
disebutkan bahwa weblog atau sering disebut dengan blog, ditemukan atau
digunakan pertama kali oleh jorn barger pada suatu kelompok website. Dimana web
tersebut memiliki kemenarikan untuk dapat dijadikan sebagai media pembelajaran
dengan fitur-fitur menariknya, isi yang ter up-date, interaksi melalui
komentar-komentar yang dapat dimasukkan di dalamnya.
Menurut
Rouf dan Sopyan (2007), blog adalah suatu laman (situs) online yang berfungsi
sebagai media jurnal/diari bagi seseorang ((Made Hary S “Pemanfaatan Blog”
(Jurnal Online)). Dengan berbagai fitur yang dapat dipakai dan dimuat dalam
blog, sehingga memiliki ketertarikan untuk dibaca oleh siswa, maka selanjutnya
siswa berkeinginan atau termotivasi untuk memproduksinya. Dengan menuliskan
hal-hal yang ingin mereka tuliskan, dan dapat dikatakan sebagai diari siswa
(sekumpulan tulisan atau ide-ide dalam keseharian siswa).
Definisi
blog menurut Labibah Zain, Pendiri Blogger Family dalam tulisan berjudul Potret
Pergaulan Era Global yang dimuat di Harian Kompas tanggal 2 Mei 2005: fasilitas
yang memungkinkan terjadinya interaksi antara pemilik dan pengunjung weblog-nya
(http://pembelajar.info/).
Seperti
yang telah diungkapkan tadi bahwa kegiatan belajar melalui blog selain dapat
meningkatkan budaya membaca dan menulis siswa, guru dapat pula berinteraksi
dengan siswa di dalamnya. Materi ajar dapat diperlihatkan guru melalui blog
yang telah dibuatnya semenarik mungkin, untuk kemudian diperlihatkan
kepada siswa agar siswa termotivasi untuk membaca dan tertarik menuliskan
ide-idenya di dalam blog. Dan untuk selanjutnya siswa dapat mengakses
materi-materi melalui blog yang telah dibuat guru dan dapat memperoleh
sumber-sumber lain melalui internet kemudian memproduksi tulisan-tulisan atau
ide-ide kreatif dan inovatif dengan kreasi yang dilakukanya melalui situs blog
ini.
Dengan
demikian, blog mampu dijadikan sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan
budaya membaca dan menulis dengan melihat kelebihan dan keefektifan dalam
penggunaanya yang mampu merangsang minat dan motivasi baca-tulis siswa.
Goldberg, dkk. (2003) menyatakan bahwa menulis dengan menggunakan komputer dan
memanfaatkan media TIK dapat meningkatkan jumlah tulisan mahasiswa, sekaligus
kompetensi menulis mereka, mengingat mereka diberikan kesempatan untuk menulis
dan mengekspresikan ide, perasaan, dan pengalaman mereka secara kreatif dan
inovatif (Made Hary S “Pemanfaatan Blog” (Jurnal Online)).
Graham
(2005) menyatakan bahwa membuat blog tidaklah sulit karena hanya memerlukan
pemahaman sederhana mengakses internet, sama mudahnya untuk membuat dan
mengirim e-mail (Made Hary S “Pemanfaatan Blog” (Jurnal Online)).
Telah
kita ketahui bahwa kompetensi Teknologi dan informasi (TIK) pun telah di
masukan pada kurikulum baik untuk tingkat SMP maupun SMA. Sehingga setidaknya
siswa telah mengetahui bagaimana penggunaan internet dan pembuatan e-mail. Dan
guru dapat menerangkan sedikit mengenai pembuatan blog yang begitu mudah dan
fitur-fitur yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam memperindah
blognya.
Standar
Kompetensi (SK) dalam KTSP 2006 yang hanya mengarahkan siswa untuk memahami
dasar penggunaan internet/intranet dan menggunakan internet untuk memperoleh
informasi (http://wijayalabs.wordpress.com/2008).
C. Rendahnya minat membaca dan
menulis siswa.
Budaya
membaca yang masih rendah di Indonesia, sebagai negara yang berkembang untuk
menjadikan masyarakatnya gemar membaca masih dalam proses. Dimana kebudayaan
membaca masih sebatas karena ada tugas atau ujian pada kalangan
siswa/mahasiswa, dan budaya membaca terjadi hanya pada kalangan intelektual,
tokoh agama serta orang yang membaca karena tugasnya atau sebatas jabatan.
Terbukti
pada tahun 2003, programme for International Student Assesment (PISA)
mengadakan penelitian pada 80 negara anggota Organization for Economic
Cooperation and Development (OECD) dan Indonesia termasuk
didalamnya. Penelitian tersebut memberi hasil bahwa anak-anak
Indonesia usia 9-14 tahun berada diurutan terbawah (R. Masri Sareb
Putra ). Dan sampai pada tahun 2009 penelitian PISA secara keseluruhan,
posisi Indonesia berada pada peringkat 57 dari 65 negara. Dalam kemampuan
membaca, skor Indonesia adalah 402, sementara skor tertinggi diraih Kota
Shanghai, China (http://perpustakaan.kaltimprov.go.id/).
Hal
tersebut memang telah menarik perhatian pemerintah, sehingga pemerintah
memasukkan kompetensi membaca dan menulis pada kurikulum baik pada kurikulum
yang telah lalu yaitu KBK maupun kurikulum KTSP (2006-sekarang) melalui
pelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang menekankan pada empat
macam kompetensi : mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Para kurikulum
percaya, ketrampilan menulis dan mengarang dapat dipelajari tidak
murni karena bakat, setidaknya menulis 5% lebih rendah dari mengarang dan 95%
merupakan proses belajar (R. Masri Sareb Putra )
Hal
tersebut benar bahwa ketrampilan menulis dan mengarang bukan merupakan bawaan
dari lahir, namun sesuatu yang dapat dipelajari setidaknya terdapat kemauan dan
keinginan untuk terus membaca sehingga memunculkan ide-ide kreatif untuk
dituangkan dalam bentuk tulisan. Sehingga jelas terlihat bahwa tujuan
dimasukkanya kompetensi tersebut oleh pemerintah pada kurikulum adalah untuk
menumbuhkan dan meningkatkan frekuensi membaca dan menulis siswa, agar
pengetahuan dapat terbuka dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman.
Termasuk
dalam usaha meningkatkan budaya membaca dan menulis yang kurang efektif ,
menurut Dr. Wina Sanjaya menuliskan dalam bukunya bahwa, masalah yang
dihadapi dunia pendidikan kita saat ini adalah masalah lemahnya proses
pembelajaran(http://wijayalabs.wordpress.com/2008).
Lemahnya
proses pembelajaran di sekolah-sekolah, dimana dalam proses pembelajaran,
peserta didik kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses
pembelajaran di kelas hanya diarahkan kepada proses kemampuan anak menghafal
informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi
tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk
menghubungkannya dengan kehidupannya sehar-hari. Sehingga pembelajran cenderung
pasif, dan guru lebih aktif di depan kelas menyampaikan materi, tanpa
mementingkan proses dalam pembentukan pengetahuan pada siswa hal yang demikian
mengakibatkan siswa menjadi mudah bosan, membentuk siswa cenderung pasif dan
tidak kritis, kreatif dan inovatif.
Seiring
dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi. Kita tidak dapat membiarkan
pembelajaran terus-menerus demikian. Bandura (kognitif sosial) : teorinya
mendeskripsikan bahwa manusia sebagai organisme yang dinamis dalam memproses
informasi dan sebagai organism social (B.R Hergenhahn dan matthew H. Olson
2008:383).
Bahwa
setiap peserta didik memiliki struktur kognitif yang telah terbentuk
sebelumnya, dan untuk selanjutnya pengetahuan yang ia dapat, akan menyesuaikan
terhadap apa yang telah ia peroleh dalam struktur kognitif yang telah terbentuk
sebelumnya. Dan manusia memiliki kecenderungan untuk terus berkembang dan
berubah dalam memproses informasi yang ia dapat dan manusia adalah organism
yang membutuhkan kerjasama serta komunikasi dengan manusia lain dalam rangka
proses pembentukan pengetahuan.
Pembelajaran
yang selama ini berlangsung di sekolah-sekolah telah menghambat terbentuknya
manusia yang disebutkan diatas, dan minat belajar siswa menjadi down karena proses
pembelajaran yang dilakukan begitu-begitu saja. oleh karena itu diperlukan
perubahan dari pembelajaran yang tadinya monoton (behavioristik tradisional)
menuju pada pembelajaran yang konstruktivisme, dimana guru tidak lebih dominan
dalam proses pembelajaran dan siswa lebih aktif dalam pemaknaan dan pembentukan
pengetahuan.
Teknologi
merupakan salah satu jawaban dari hal tersebut. Pembudayaan membaca dan menulis
dapat dilakukan guru melalui inovasi yang dilakukan menggunakan blog, yang
merupakan satu dari banyaknya fasilitas intrenet dalam pembelajaran.
Pembelajaran dilakukan melalui dunia maya dengan control yang dilakukan guru,
dan memberikan tempat pertemuan semu yang memperluas dunia social, menciptakan
peluang pengetahuan baru, dan menyediakan tempat untuk berbagai pandangan
secara luas. Namun, Guru harus menekankan pada apa yang mahasiswa lihat adalah
untuk membaca bukan yang untuk lain.
Dari
beberapa kenyataan tersebut dapat dilihat dengan jelas bahwa guru
sebagai pemegang kunci utama dalam upaya perbaikan pendidikan, dan karenanya
dituntut untuk peka dan mempunyai kemelekan yang memadai terhadap teknologi
informasi dan komunikasi agar mampu menciptakan proses pembelajaran yang aktif,
kreatif, efisien dan menyenangkan. Tentu saja di belakang itu, kesejahteraan
guru akan turut memberikan andil yaitu melahirkan manusia-manusia yang berilmu
yang memiliki kepekaan terhadap kesenjangan-kesenjangan dalam pengetahuan dan
kehidupan sosial.
Perhatian
guru terhadap siswanya untuk lebih mengenal teknologi sebagai media
pembelajaran yang efektif dan memberi kemudahan dalam proses belajar. Salah
satunya melalui pemanfaat blog sebagai upaya peningkatan mutu belajar siswa,
menekankan penggunaan blog pada aktivitas membaca dan menulis siswa. Teknologi
yang memiliki kemampuanya untuk memberi kepuasan terhadap hasil imajinasi
siswa, dan ketahuilah bahwa teknologi bukan segalanya. Dimana dalam
pembelajaran menggunakan teknologi, control dan kereativitas guru harus
ditingkatkan agar dalam penerapanya, media tersebut dapat terus memberi dampak
positif pada siswa.
Salah
satu bukti pemanfaatan media blog yang tidak atau kurang mendapat
perhatian dan motivasi guru, sehingga memberikan hasil : dari 22 siswa di kelas
akselerasi SMP Labschool Jakarta di bulan Desember 2007 hanya 4 siswa (18%)
yang memposting (membuat tulisan) di Blognya. Sisanya 18 siswa (82%) hanya
sekedar membuat Blog saja dan tidak mengupdate tulisannya. Bahkan Blog yang
dibuat sepi dari pengunjung(http://wijayalabs.wordpress.com/2008).
D. Prosedur Pemanfaatan Blog dalam
Merangsang Minat Membaca dan Menulis Siswa/Warga Belajar.
Pemanfaatan
blog sebagai media yang dapat digunakan guru/dosen untuk meningkatkan budaya
membaca dan menulis siswa/mahasiswa, merupakan cara yang efektif selain untuk
meningkatkan budaya tersebut dan pembelajaran serta dapat dijadikan sarana
untuk lebih literace teknologi. Karena pemanfaatan blog yang merupakan bagian
dari perkembangan teknologi dapat dimanfaatkan sekaligus oleh
guru/dosen untuk memperkenalkan berbagai software-software yang
dapat dimanfaatkan secara positif oleh penggunaanya.
Blog
yang merupakan media berbantukan teknologi komputer dan jaringan internet
adalah salah satu perantara bagi kemampuan guru dalam mengelola tulisan serta
imajinasinya dalam mendesain sefektif dan semenarik mungkin halaman blognya
untuk di akses dan di baca oleh siswa/mahasiswanya, agar mereka tertarik untuk
membaca dan turut menuliskan ide-idenya kedalam sebuah halaman blog yang
nantinya akan disharekan baik kepada teman-temannya, guru, ataupun seluruh
masyarakat dunia.
Prosedure
dari pemanfaatan blog dalam meningkatkan budaya membaca dan menulis
siswa/mahasiswa dapat dilakukan guru/dosen dengan cara : a) guru memanfaatkan
blog dalam penyampaian materinya, dimana guru telah mendesain seefektif dan
semenarik mungkin materi ajar didalam halaman blognya, yang nantinya siswa
diajak untuk mengunjungi alamat blognya dan meminta untuk menuliskan apa yang
siswa dapat dari tulisan yang dibaca mereka b) menekankan
siswa terhadap apa yang mereka lihat adalah memabaca, bukan untuk menonton c)
meminta siswa/mahasiswanya untuk mencari sumber-sumber lain dari meteri yang
sedang dipelajari dalam bentuk situs web blog d) setelah siswa telah mengenali
seperti apa sebuah halaman web blog, guru berusaha untuk merangsang siswa agar
memberikan pendapat atau berdiskusi melalui halaman web blog yang dibuatnya e)
interaksi yang berlangsung dalam pembelajaran melalui halaman blog, berupa
komentar-komentar yang nantinya bisa langsung dijawab jika sedang online, dan
komentar tersebut pun dapat dijawab dalam jangka waktu tertentu jika penulisnya
belum membuka halaman blognya f) dengan berbagai fitur-fitur yang ada
didalamnya (blog), guru dapat mengkreasikan sebagus mungkin imajinasinya g)
guru dapat meminta siswa untuk memproduksi sendiri dan mengkreasikan sekreatif
mungkin imajinasi mereka pada halaman blog yang telah mereka buat dan
menuliskan ide-ide mereka di dalamnya, dengan memberikan beberapa masukan dalam
pembuatanya serta dilakukan control terhadap halaman blog yang mereka produksi.
Berikut merupakan Rasional tindakan bahwa blog dapat
meningkatkan prestasi menulis siswa/mahasiswa (Santosa, 2005): 1)
siswa/Mahasiswa akan dibiasakan untuk berkerja melewati proses kegiatan
menulis, mulai dari outline, membuat draft, sampai tulisan final dimana di
setiap proses tersebut. 2) siswa/Mahasiswa diberikan kesempatan untuk
melakukan peer correction, dimana mereka bisa saling melihat dan
memberi komentar pekerjaan temannya untuk hasil yang lebih baik sebelum
dikoreksi oleh dosen.3) Dari awal, standar penilaian yang akan digunakan untuk
mengoreksi pekerjaan mahasiswa diberikan dan dijelaskan sehingga masing-masing
pihak paham akan apa yang semestinya ditekankan atau diperbaiki, dan 4) Untuk
memberi kreativitas dan inovasi, media blog akan digunakan((Made Hary S “Pemanfaatan Blog” (Jurnal
Online)).
Pederson
dan Bonnstetter (1990) menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi mampu
meningkatkan motivasi belajar sehingga membuat pembelajaran menjadi lebih
bermakna (Made Hary S “Pemanfaatan Blog” (Jurnal Online)). Hal tersebut diakui
oleh masyarakat yang memang diberikan dampak positif terhadap penggunaan
teknologi yang ada. Sehingga hal tersebut pun dirasakan oleh para guru/dosen
sendiri bahwa proses belajar-mengajar akan lebih menarik dan memberi kemudahan
sehingga meningkatkan motivasi siswa untuk terus membentuk pengetahuan. Selama
guru dapat mengontrol dan menunjukan kegunaan-kegunaan serta manfaat dari
perkembangan teknologi yang ada.
E. Keefektifan pemanfaatan blog
dibandingkan pembelajaran dengan metode tradisonal (ceramah) dalam meningkatkan
motivasi siswa/mahasiswa untuk membaca dan menulis
Skinner
menyatakan bahwa : CBI (computer-basic instruction) dapat memotivasi siswa
untuk belajar dengan cara yang amat berbeda dengan metode tradisonal/ceramah
(B.R Hergenhahn dan matthew H. Olson 2008:133). “Cara yang amat berbeda”,
kalimat tersebut memberi perhatian yang lebih terhadap pemakaian teknologi
berupa komputer dalam pembelajaran dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan
metode tradisional (ceramah). Hal tersebut terbukti bahwa metode tradisional
(ceramah) memiliki kecenderungan untuk melahirkan anak didik yang pasif, dan
memiliki kecenderungan untuk memiliki keseragaman pola pikir, sehingga
pengetahuan mereka terbatas, hanya pengethuan yang diberikan guru serta cenderung
membosankan siswa dalam belajar.
Pembelajaran
yang demikian sering kita kenal dengan pembelajaran behavioristik, yaitu proses
pembelajaran yang berpandangan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku.
Seseorang dianggap telah belajar jika telah mampu menunjukan perubahan tingkah
laku. Pembelajaran ini lebih mementingkan hasil dari pada proses (Asri
budiningsih, 2005 : 30)
Pembelajaran
tersebut ternyata telah membentuk siswa sedemikian rupa sehingga para siswa tidak dapat menciptakan, membangun, mendiskusikan,
membandingkan, bekerja sama, dan melakukan eksperimentasi dalam kegiatan
belajarnya (Setyosari, 1997: 53). Untuk membentuk dan melahirkan siswa-siswa
yang mampu memaknai pengetahuan serta berpikir aktif dalam membentuk
pengetahuan sendiri, maka mereka perlu menggunakan ataupun mengubah
pembelajaran yang demikian menjadi pembelajaran yang lebih menarik motivasi
siswa untuk bersemangat dan berminat dalam belajar, yaitu melalui pembelajaran
yang konstruktivistik yang berpandangan bahwa belajar adalah pemaknaan
pengetahuan(Asri Budiningsih, 2005:64). Siswa sebagai pusat dari kegiatan
belajar. Agar mereka memiliki ruang yang luas untuk membentuk dan memproses
pengetahuanya sendiri sehnigga lebih bermakna.
Pemanfaatan blog sebagai media dalam meningkatkan budaya
membaca dan menulis merupakan salah satu bentuk dari pembelajaran
konstruktifistik. Dimana siswa dituntut untuk lebih aktif dalam pembelajaran
dan memaknai pengetahuan sendiri dengan motivasi tinggi melalui media blog yang
telah dibentuk sedemikian rupa oleh guru/dosen sehingga menarik minat
siswa/mahasiswa untuk membaca dan membentuk pengetahuan secara konkrit melalui
media yang ada serta termotivasi untuk memproduksi halaman blog yang menuliskan
ide-ide kreatif mereka.
Diantara keefektifan penggunaan media blog dalam
meningkatkan budaya membaca dan menulis siswa/mahasiswa, dibandingkan dengan
metode pembelajaran tradisonal (ceramah) :
1) media blog, blog memiliki banyak kelebihan dalam
pemanfaatanya. Dimana fasilitas di dalam blog mampu membuat halaman blog yang
berisikan ide-ide pemilik blog, dapat dibentuk sesuai imajinasi dari pemilik
halaman blog itu sendiri, untuk memperindah dan mengkonkritkan bacaan melalui
gambar-gambar yang dapat dimasukkan didalamnya, sehingga menarik perhatian
pembaca untuk membaca tulisan-tulisan yang ada pada halaman blog, serta
termotivasi untuk dapat menuangkan ide-idenya melalui pembuatan halaman blog
itu sendiri.
2) interaksi aktif dapat dilakukan pula didalamnya,
melalui komentar-komentar ataupun pertanyaan-pertanyaan yang nantinya dapat
didiskusikan kembali didalam kelas jika msalah belum terpecahkan.
3) berbagai sumber informasi dapat didapat siswa melalui
halaman-halaman blog yang tersedia di internet, untuk bahan pembelajaran
ataupun berinteraksi dengan penegguna blog di dunia.
4) peran guru tidak begitu dominan dalam pembelajaran.
Dimana guru memberi motivasi serta memfasilitasi siswa dengan menggunakan blog
yang guru/dosen buat untuk perlihatkan pada siswa, sehingga minat membaca
dan menulis mereka bermunculan.
5) guru mengontrol siswa melalui tanya jawab terhadap apa
yang mereka telah baca. Di sini guru memastikan bahwa mereka tidak hanya
membaca, tetapi juga memahami apa yang mereka baca. Guru memberi ruang kepada
siswa melalui penggunaan media blog untuk menuliskan serta mengkreasikan
imajinasi mereka melalui pengalaman secara langsung dalam mengelola blog yang
berisikan ide-ide yang ada pada otak mereka.
Sedangkan untuk penggunaan metode tradisional (ceramah)
dalam upaya untuk meningkatkan budaya membaca dan menulis dirasa masih kurang
efektif dimana disini siswa tidak terlibat lebih aktif dari pada guru, guru
hanya memotivasi siswanya melalui ceramah-ceramah yang dilakukanya didepan
kelas, sedangkan siswanya hanya duduk mendengarkan apa yang sedang guru
sampaikan dalam upaya untuk meningkatkan motivasi belajar, membaca dan menulis.
Di sini tidak ada aksi nyata terhadap tujuan yang diinginkan dalam pembelajaran
yaitu meningkatkan budaya membaca dan menulis siswa. Dimana guru hanya memberi
motivasi melalui ceramah, tanpa ada interaksi dan timbal balik dari siswa
kepada gurunya.
Hal tersebut penulis simpulkan dari beberapa pandangan
teori belajar yang telah disampaikan sebelumnya yaitu pembelajaran
behavioristik dan konstruktifistik. Masing-masing teori pembelajaran tersebut
memiliki kelebihan dan kelemahan, yang dapat dilihat melalui pemakaianya dalam
upaya untuk menigkatkan budaya membaca dan menulis melalui media blog dan
pembelajaran tradisonal (ceramah).
Jadi efektifitas penggunaan blog dalam meningkatkan
budaya membaca dan menulis, terbukti dari besarnya minat siswa/mahasiswa dalam
membuka dan memproduksi blog, yang mencerminkan bahwa budaya membaca dan
menulis secara berproses akan terus meningkat seiring banyaknya ide-ide kreatif
siswa/mahasiswa yang dituangkan melalui blog. Hal tersebut pun telah di
buktikan oleh Jati (2006) yang meneliti penggunaan blog pada pelajaran
bahasa inggris baik kelas maupun blog mahasiswa untuk kelas menulis. Ia menemukan bahwa meskipun
pada awalnya, blog tidak ditujukan untuk pembelajaran bahasa Inggris, blog
mampu menjadi media yang sangat berguna untuk pembelajaran menulis ((Made Hary
S “Pemanfaatan Blog” (Jurnal Online)).
KESIMPULAN
Dari
pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa :
Rendahnya minat membaca dan
menulis siswa di Indonesia rendah, hal tersebut merupakan salah satu bukti
terhadap adanya kegagalan pendidikan selama ini. Dr. Wina Sanjaya menuliskan
dalam bukunya bahwa, masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita saat ini adalah
masalah lemahnya proses pembelajaran (http://wijayalabs.wordpress.com/2008).
Proses
pembelajaran yang cenderung menekankan siswa pada pembentukan pengetahuan yang
tidak terpahami, hanya bersifat hafalan. Dan siswa/mahasiswa pun hanya
disibukkan dengan buku-buku pelajaran saja. Sehingga motivasi dan minat
baca-tulis siswa rendah.
Pemanfaatan
media blog merupakan salah satu solusi dalam pembelajaran, dengan pemanfaatan
teknologi yang mampu menarik perhatian dan minat siswa untuk terus gemar
membaca dengan berbagai kreasi dan fitur-fitur yang dapat dimasukan ke dalam
halaman blog yang berisikan tulisan-tulisan pemilik blog. Sehingga siswa pun
tertarik untuk menuangkan ide-idenya melalui tulisan. Dan perlu adanya
bimbingan bahwa teknologi bukan segalanya. Manusia adalah pencipta teknologi,
maka kita tidak boleh tergantung pada teknologi tersebut.
Interaksi
aktif dan pembentukan pengetahuan dapat dilakukan siswa didalamnya. Dengan
menekankan bahwa blog yang dibuat adalah untuk melihat dalam artian membaca,
bukan untuk menonton, sehingga tujuan dari pembuatan blog oleh pembimbing/guru
dapat tercapai.
Penggunaan
media blog memiliki keefektifan tersendiri dalam upaya penigkatan budaya
membaca dan menulis siswa, dibandingkan dengan metode tradisional (ceramah)
yang hanya mengandalkan ceramah dari guru unutuk meningkatkan budaya membaca
dan menulis. Hal tersebut membentuk siswa yang pasif dan tidak kreatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar